Hello
bray!
Terima
kasih udah berkunjung ke blog saya :D. Kali ini saya akan memulai postingan
saya dengan kejadian-kejadian menarik beberapa minggu terakhir. Memang, beberapa
saat belakangan ini menjadi hari-hari yang cukup membuat saya tersenyum lebar.
Betapa tidak, perjuangan saya berburu beasiswa ke luar negeri berbuah hasil
pada tanggal 10 Juni 2015. Saat itu, saya dinyatakan lulus tes wawancara oleh
tim LPDP dan “berhak” mengikuti program Persiapan Keberangkatan angkatan ke 36 (PK-36).
Kisah bagaimana perjalanan saya mendaftar beasiswa, termasuk beasiswa LPDP akan
saya tulis pada postingan berikutnya ya bray!
Nah,
kalau bukan cerita beasiswa, lalu apa dong yang akan saya share kali ini? Jadi,
ceritanya, beberapa waktu lalu tepatnya tanggal 18 Juni, saya ke apotik untuk
membeli multivitamin bray. Maklum, ditengah padatnya kesibukan dibulan puasa ini,
badan tetap harus fit (ciaelaaah). Waktu itu hari kamis agak sorean dan saya
disambut oleh apotekernya, yang kebetulan berjenis kelamin ngarepnya cewek laki-laki, wkwkw.
Gambar diambil dari http://dietheartnews.com /wp-content/uploads/2012/02/ldl-hdl.gif |
Pada
saat sedang menunggu si apoteker mengambilkan vitamin yang saya minta, iseng
mata saya menoleh ke dinding sebelah kanan. Disitu, saya menemukan tempelan
yang berisi informasi biaya medical check-up. Saya lihat cost untuk test gula darah “cuma” 9 ribu bray dan untuk test
kolesterol 18 ribu. Ada juga tes asam urat dan tensi darah tapi saya lupa
berapa biayanya. Jujur, dulunya saya pikir untuk tes medis seperti itu berkisar
300 hingga 500 ribuan. Makanya saya sering mengurungkan niat untuk periksa
kesehatan ke rumah sakit atau bahkan ke apotik sekalipun. Saya lalu berpikir,
ah mungkin ini tes sederhana saja.
Tidak seakurat jika saya tes di rumah sakit. Namun, sesederhana apapun saya
rasa tidak ada salahnya dicoba. Kesehatan lebih mahal bray…
Oleh
karena itu, saya beranikan diri untuk memeriksakan kesehatan saya. Saya memutuskan
untuk periksa dua saja yaitu gula darah dan kolesterol. Selanjutnya, si
apoteker mengeluarkan satu set alat periksa, semacam alat ukur digital dan 2 lembar chip kecil
masing-masing untuk test gula darah dan kolesterol. Ada juga alkohol dan
semacam jarum kecil untuk mengambil darah dari jari saya. Sembari menunggu si “dia”
mempersiapkan alat-alat tersebut, saya diserahi selembar kertas yang berisi
informasi kadar kolesterol dan gula darah normal pada tubuh. Noted, untuk gula darah, rentangnya
adalah:
80-100 :
ideal
100-140 : sedang
140
keatas : tinggi
Sedangkan
untuk kolesterol rentangnya adalah:
Dibawah
200 : ideal
200-240 : sedang/ambang resiko tinggi
240
keatas : resiko tinggi
Naaah, setelah baca-baca info
tersebut, here the show time, si
apoteker sudah siap dengan jarum kecil untuk mengeluarkan darah dari jari manis
saya. Tenaaang, jarumnya kecil kok, berasa digigit anak semut aja hehehe..
Trik, ditusuk deh jari manis saya. Lalu keluarlah darah dari jari saya dan
lembar cek gula darah dilapkan (sedikit) ujungnya kedarah yang keluar. Lembar tersebut
kemudian ditempelkan ke alat ukur digital yang sudah disiapkan. Alat ukur
tersebut lalu menunjukan angka hitungan mundur dari angka 30 (kalo g salah).
Artinya, setelah mundur hingga ke angka 1 maka akan keluarlah hasil tesnya. Daaann
taaaaadaaaa,, hasil tes gula darah saya menunjukan angka 77. Sempat panik,
karena angka 77 berarti dibawah 80 yang notabene angka terendah di lembar info.
Saya takut kerendahaaan bray… Tapi kata si apoteker tidak apa-apa berarti masih
normal dan saya pun tertawa lebar, hahaha.
Fiuuuh, aman di tes yang pertama, si
apoteker melanjutkan tes yang kedua. Prosesnya kurang lebih sama minus tusukan
saja. Cukup dipencet jarinya dan keluar lagi darahnya. Satu lagi, lembar yang
ditempelkan juga diganti dengan yang khusus kolesterol. Ada hitungan mundur
lagi sesaat setelah si apoteker menempelkan lembar tesnya pada alat ukur. Cuma,
kali ini hitung mundurnya lebih lama. Lebih dari 100 detik. Hati saya deg-degan
menunggu hasil tes yang ini. Mata saya nanar petanda tidak sabar. Maklum saja,
saya belakangan ini sering mengeluh kaku di leher. Itu salah satu faktor yang
mendorong saya melakukan tes ini. Dan benar saja, ketika hitung mundur
menunjukan angka 1 dan hasilnya keluar, angka yang tertera adalah 257! OMG! Itu
artinya kadar kolesterol di tubuh saya jauh melewati angka ideal bahkan berada
di resiko tinggi.
Saya
terhenyak setengah tidak percaya. Dengan umur yang masih 25 tahun kadar
kolesterol saya sudah setinggi itu. Pantas saja saya merasa ada beban berat
seperti menimpuki kepala saya. Leher terasa kaku. Badan juga sering lemas
karena supplai oksigen menjadi terganggu. Selama ini kita sering mengira bahwa
kolesterol tinggi eksklusif hanya bagi para bapak-bapak paruh baya dengan usia
40 ke atas. Jangan salah! Pola makan yang cenderung cepat saji dan pola hidup
yang jarang bersentuhan dengan aktifitas fisik tampaknya telah membuat resiko
kolesterol tinggi menjangkiti kalangan muda.
Tapi tentu saya masih bisa tersenyum
lebar. Bayangkan jika saya terlambat medical check-up. Bisa-bisa kolesterol
saya semakin menumpuk tanpa saya sadari. Setelah kejadian itu saya juga menjadi
lebih aware dengan kesehatan. Saya semakin
hati-hati memilih makanan. Bukan berarti jadi menghindari sepenuhnya. Paling
tidak, mengurangi lah. Yang tadinya tiap hari makan telur, jadi dikurangi
seminggu 3-4 kali. Kalau perlu putihnya saja yang dikonsumsi karena kolesterol pada
kuning telur sangat tinggi. Saya juga mulai menambahkan kegiatan fisik saya,
agar lebih banyak jalan kaki atau jogging lagi nanti selepas bulan puasa.
Sederhananya, semakin cepat kita
tahu, semakin bagus karena bisa lebih cepat diantisipasi. Saya cukup sering
mendengar orang-orang yang tidak (mau) periksa kesehatan sebab takut melihat
hasil tesnya. Mereka berkilah bahwa dengan mengetahui hasilnya (apalagi jika
kedapatan buruk) maka akan mengakibatkan stress. Jika stress maka akan semakin
memperburuk kesehatan mereka. Padahal menurut saya, hasil test itu merupakan
informasi yang sangat penting mengingat pola hidup zaman sekarang yang serba
praktis dan minim aktifitas fisik. Hasil tes yang buruk sekalipun akan sangat
berguna karena dapat menjadi penanda untuk berbenah sedini mungkin. Sebab, jika tidak dibenahi sejak awal, resikonya tidak main-main. Bisa-bisa terkena penyumbatan pembuluh darah, stroke, atau serangan jantung. Namun, jika
hasilnya bagus alias tidak ada masalah, maka juga menjadi penanda bahwa kita
masih boleh makan yang enak-enak, hehhe. Jadi, kenapa mesti takut Bray …..
0 comments:
Post a Comment