Sunday 26 July 2015

Ingin Melamar Beasiswa? Perhatikan ini.

Disclaimer:
Tulisan ini sepenuhnya berdasarkan opini penulis dan oleh karenanya tidak mewakili atau merepresentasikan salah satu lembaga pemberi beasiswa.

Jika anda membaca tulisan saya ini, artinya kemungkinan besar kita sama. Bisa jadi anda juga memiliki kesamaan minat dengan saya yaitu berburu beasiswa. Seperti diketahui, ada begitu banyak para pencari beasiswa di luar sana yang sama seperti kita. Sebagian mungkin sedang atau telah berhasil mencapai cita-citanya. Namun, sebagian lain banyak pula yang gugur. Ada yang gagal di tahap wawancara. Ada juga yang belum lulus seleksi berkas. Bahkan mungkin banyak pula yang gagal karena memang tidak pernah mengirimkan aplikasinya. Tulisan ini bertujuan untuk berbagi pengalaman pribadi sehingga bisa memompa kembali semangat para pemburu beasiswa seperti anda. Satu pengalaman saya ini barangkali bisa menjadi tips bagi anda atau paling tidak menambah koleksi tips anda dalam mendapatkan beasiswa.
Sumber foto: www.kesekolah.com

Sudah barang tentu setiap orang memiliki cara yang berbeda dalam mengejar impiannya. Secara pribadi, salah satu yang saya gunakan terutama ketika mendaftar beasiswa adalah dengan mengirimkan lamaran sebanyak-banyaknya pada waktu yang bersamaan. Cara ini juga saya gunakan dulu ketika mencari pekerjaan. Tidak jarang dalam sehari saya bisa memasukkan 5-6 lamaran. Begitu juga dengan beasiswa. Pengalaman saya, saya pernah mengirimkan lamaran untuk beasiswa LPDP, Fulbright, dan Australia Award dalam waktu yang berdekatan, dengan harapan salah satunya berhasil diterima.
Cara seperti ini sukses menghemat waktu kita menjadi lebih efisien. Karena rata-rata beasiswa hanya buka satu kali dalam setahun, itu artinya kita harus menunggu lagi hingga tahun depan jika gagal tahun ini. Itu pun kalau tahun depannya tidak gagal lagi. Dengan mengirim banyak aplikasi, jika aplikasi yang pertama gagal maka kita masih memiliki kesempatan pada aplikasi lainnya di tahun yang sama. Intinya, kita tidak pernah benar-benar fanatik untuk satu beasiswa.
Cara seperti ini memang memiliki sisi lemah. Diantaranya adalah fokus kita yang menjadi terpecah. Apalagi tiap-tiap beasiswa biasanya meminta setiap pelamar untuk menulis beberapa esai. Dengan semakin banyak beasiswa yang dilamar itu artinya jumlah esainnya pun akan berlipat. Belum lagi jika pelamar yang bekerja atau sudah mempunyai keluarga. Maka, pelamar dituntut untuk benar-benar bisa membagi waktu dan pikiran seefisien mungkin.
Namun, kelemahan itu bisa saja kita akali jika memiliki timeline perencanaan yang baik. Dengan kata lain, pelamar membuat daftar prioritas sesuai dengan deadline karena masing-masing beasiswa memiliki deadline yang berbeda. Sebagai contoh, anda bisa mendahulukan beasiswa Australia Award ketimbang Chevening mengingat deadline Chevening yang biasanya di akhir tahun. Untuk itu, sebaiknya setiap pelamar mengetahui dengan baik kapan deadline setiap beasiswa sehingga pelamar bisa membuat perencanaan dengan tepat.


Friday 10 July 2015

Mengapa Beasiswa?

Well, apa kabar bray…

Sudah cukup lama sejak tulisan terakhir dan sekarang akhirnya saya kembali bisa menulis disela-sela kesibukan Pre-Departure. Harapan saya, semoga tulisan ini memberi manfaat terutama bagi para scholarship hunters. Untuk edisi kali ini, saya akan mengulas beberapa alasan mengapa harus kuliah dengan pendanaan dari beasiswa. Bagi bray yang belum terpikir untuk mencari beasiswa, bisa dibaca artikel ini sampai habis.
Kenapa kuliah dengan beasiswa?
.
1.       Kuliah tanpa biaya.
Kecuali bray berasal dari kalangan kaya dengan uang saku tanpa batas, maka kuliah apalagi di luar negeri benar-benar menguras kantong sendiri, ortu, dan bahkan sanak saudara. Dalam negeri saja (Pontianak), biaya kuliah pertahunnya bisa sekitar 10-13 jutaan. Di luar negeri, seperti UK, bisa 20 kali lipat dari itu. Di university of Leicester, biaya pertahunnya bisa mencapai 13.500 GBP. Belum lagi ditambah biaya transportasi, akomodasi, dan makan selama di UK.
Dengan beasiswa, bray tidak perlu lagi memusingkan perkara pembiayaan. Jika beruntung, semua kebutuhan akan dicukupi. Mulai dari SPP, akomodasi, makan, asuransi kesehatan, hingga tiket PP ke negara tujuan. Mengapa saya katakana jika beruntung? Karena memang ada beberapa beasiswa yang cuma menawarkan pendanaan sebagian saja, misal hanya mengcover SPP saja tidak termasuk living cost dan asuransi. Sehingga, para awardee mesti mencari dana tambahan untuk menutupi living cost tersebut. Meskipun begitu tidak jarang pula yang berbentuk full scholarship. Sehingga, wajib hukumnya untuk tetap cermat ketika memilih jenis beasiswa yang kita cari. Jangan sampai ketika sudah diterima malah baru tahu bahwa itu adalah beasiswa tidak penuh (partial). Terkait jenis-jenis beasiswa, akan saya jabarkan lebih jauh pada tulisan saya yang lainnya.

2.      Jalan-jalan gratis ke luar negeri
Bagi para mahasiswa berkantong cekak seperti saya, sulit rasanya merasakan sensasi nikmatnya jalan-jalan ke negara eropa. Kalaupun bisa, saya mungkin harus menggadaikan beberapa barang berharga saya. Tapi itu semua tidak lantas membuat patah semangat. Ada banyak jalan menuju roma. Jika tidak mampu dengan biaya sendiri, kita bisa memanfaatkan dana beasiswa.
Selama masa kuliah, tentu kita memiliki jeda libur. Momen ini yang biasanya sering digunakan untuk berlibur. Kita bisa mengunjungi tempat-tempat bersejarah, taman kota, atau destinasi wisata lainnya. Bagi yang kuliah di Italia, mungkin bisa merasakan berperahu di kanal Venesia. Untuk awardee UK, apalagi cowok, rasanya tidak ada yang lebih indah selain menonton sepakbola tim favorit di kandang kebanggan. Cewek-cewek yang menyukai Korean POP akan sangat “tersalurka hasratnya” jika bisa pergi dan belajar di negara ginseng tersebut. Hebatnya lagi, kita tidak perlu merogoh kocek pribadi untuk berlibur seperti ini, karena normalnya living cost bulanan sudah cukup menutupi biaya-biaya ini meski dengan syarat berhemat tentunya.

3.      Prestisius
a.       Awardee
Untuk mendapatkan beasiswa tentu tidak mudah, harus melewati berbagai seleksi dan mengeliminasi hingga ribuan pelamar lainnya. Tentunya dengan medaftar beasiswa Bray akan otomatis masuk ke dunia kompetesi. Memang tidak semua beasiswa merit-based. Akan tetapi, berkat beratnya persaingan ini sehingga ketika lulus justru kita akan memiliki kebanggaan sendiri. Paling tidak bagi sesama mahasiswa dari Indonesia. Tidak jarang saya menemukan pelamar yang sebenarnya cukup mampu secara finansial, namun tetap saja mendaftar beasiswa.
b.      Alumni
Walaupun tidak mutlak, lulusan luar negeri apalagi dengan beasiswa tak dapat dipungkiri memilik poin lebih di mata para pemberi kerja. Apalagi jika dibekali dengan pengalaman kerja yang panjang maka peluag mendapatkan posisi yang lebih baik semakin terbuka lebar.

4.      Mengaburkan status “pengangguran”
Saya yakin tidak ada satu orangpun yang ingin menjadi pengangguran. Itu pula yang mendasari para orang tua menguliahi menguliahkan anaknya hingga ke perguruan tinggi. Semuanya demi masa depan anaknya agar menjadi lebih cerah. Akan tetapi, tidak sedikit pula mahasiswa yang belum menentukan “mau jadi apa” mereka kelak setelah lulus kuliah. Padahal, jika terlambat salah-salah cap pengangguran bakal melekat kepadanya. Umumnya, rencana para fresh graduate setamat kuliah adalah mencari perkerjaan dan sebagian kecil menikah. Nah, bagi Bray yang belum punya jodoh untuk dinikahi, dan kebetulan juga belum dapat penggilan kerja ada baiknya mengikuti saran ini jika tidak ingin disebut sebagai “pengangguran intelektual”.
Bray bisa melanjutkan studi ke jenjang S2. Namun demikian, menggunakan rupiah pribadi tentu bukan solusi yang bijak. Di sini, para penderma beasiswa hadir dengan sosok malaikatnya seolah sedang membawa slogan mengatasi masalah tanpa masalah. Paling tidak, berburu beasiswa sekarang bisa Bray masukkan ke dalam daftar alternatif rencana pasca kuliah.

Dari semua yang saya ceritakan diatas, sebenarnya beasiswa tidaklah benar-benar gratis. Ya, memang semua kebutuhan finansial kita disokong oleh pemberi beasiswa. Namun, ada harga yang tidak bisa dibayang dengan uang. Ada yang namanya perjuangan yang seolah telah melekat disetiap diri “scholarship hunter”. Percayalah, bagi mereka yang sudah diterima pasti sudah pernah mengalami yang namanya kegagalan, satu kali, dua kali, atau bahkan berkali-kali. Tapi kegagalan tidak pernah dijadikan alasan untuk berputus asa. Justru, kegagalan itu yang menjadikan mereka lebih baik. Selain itu, ada juga doa dalam setiap perjuangan. Kita tidak bisa berjuang sendirian tanpa campur tangan-Nya. Jangan lupa untuk menyerahkan segalanya kepada Yang Maha Kuasa setelah berjuang. Just do the best, then let the God do the rest.